eXTReMe Tracker

Bagaimana Hukum Jihad Sekarang ?

MERUJUK kepada R10mst Monday, April 27, 2009 Hukum Jihad, Berubah Menjadi Fardu Ain Bagi Tiap Muslim Di Muka Bumi? & Saturday, April 25, 2009 Hukum Jihad, Fardu Kifayah Tetapi… yang lalu, kita dapat gambaran, di mana hukum jihad beubah-rubah sesuai dengan perubahan keadaan dan suasana. Jadi, bagaimana hukum jihad masa kini? Fardh Ain ke, fardu kifayah?



Ketetapan jumhur ulama bahawa hukum jihad itu fardu kifayah adalah fatwa mereka bagi kaum Muslimin dalam keadaan khilafah Islamiah masih tertegak, itupun dengan menetapkan pula adanya keadaan yang boleh menyebabkan berubahnya hukum jihad, dari fardu kifayah menjadi fardu ain.



Sekarang keadaanya sudah lain, bumi sudah berubah. Situasi dan kondisipun telah berubah dengan lenyapnya kekuasaan Islam, dan khilafah Islamiah. Keadaan seperti ini mewajibkan kita untuk meninjau kembali pokok masalahnya.



Abu Ibrahim Al-Misri menyatakan:



“Kita mulai dengan ta’rif dua istilah ini..

Fardu ‘Ain: Iaitu kewajiban yang zatiah dibebankan kepada setiap Muslim.

Fardu Kifayah: Iaitu perintah yang ditujukan kepada kaum Muslimin secara umum, jika sebahagian kaum Muslimin melaksanakannya, maka gugurlah kewajiban yang lainnya, dan jika tidak ada yang melaksanakannya maka berdosalah semua kaum Muslimin.



Bertitik tolak dari fardu kifayah, membuahkan pertanyaan kepada kita tetapi jawabannya kita tangguhkan.. Apakah perintah dalam urusan kita dan apakah tujuan jihad kita? Pertanyaan tidak sempurna melainkan ditambah dengan pertanyaan lainnya.. Apakah tujuan Jihad itu akan tercapai dengan hanya melibatkan sebahagian kaum Muslimin atau tidak?



Sesungguhnya fatwa yang ringkas dan jalan pintas bagi menetapkan hukum mengenai masalah ini, saya katakan: Dengan mentakhrij pada usul fuqaha dan syarat-syarat yang ditetapkan mereka, orang Muslim itu tidak dapat menyatakan melainkan bahawa telah terjadi ijma para Fuqaha umat Islam bahawasannya Jihad itu adalah fardu ‘ain pada zaman kita sekarang ini. Berbagai keadaan yang menetapkan jihad menjadi fardu ‘ain telah terkumpul pada zaman ini, bahkan telah berlipat ganda dengan sesuatu yang tidak terlintas dalam benak salah seorang mereka sekiranya ia tidak meninggalkan kesan di tengah-tengah penyimpangan dari hukum ini.”



Imam Qurtubi bekata:



“Setiap orang yang mengetahui kelemahan kaum Muslimin dalam menghadapi musuhnya, dan ia mengetahui bahawa musuhnya itu akan dapat mencapai mereka sementara ia pun memungkinkan untuk menolong mereka, maka ia perlu keluar bersama mereka (menghadapi musuh tersebut).”



Imam Ibnu Taimiyyah berkata:



“Jika musuh hendak menyerang kaum Muslimin, maka menolak musuh itu menjadi wajib atas semua orang yang menjadi sasaran musuh dan atas orang-orang yang tidak dijadikan sasaran mereka.



Aku (Abu Ibrahim Al-Misri) mengatakan, hampir saja jiwa ini binasa kerana kesedihan terhadap mereka. ‘Siapakah diantara kita yang tidak dituju dan tidak dijadikan sasaran makar (rancangan) pembuat makar. Belahan bumi yang manakah sekarang ini yang selamat dari permainan para pembuat bencana? Hamparan tanah yang manakah sekarang ini yang diatasnya panji Khilafah dan kekuatan Islam ditinggikan?



Jika engkau tidak tahu maka tanyalah bumi ini, ia akan menjawab sambil mengadukan kepada Rabbnya kezhaliman para thogut dan sikap masa bodohnya kaum Muslimin sesama mereka sendiri… Maka adakah benar perbantahan orang-orang yang bermujadalah bahawa jihad itu fardu kifayah, bukan fardu ‘ain?’



Kami ingin keluar dari perselisihan dan mengakhiri perbantahan. Maka kami katakana, apakah tujuan yang dituntut di dalam kewajiban Jihad atas pertimbangan bahawa sebahagian kaum Muslimin melaksanakannya, maka kewajiban itu gugur dari yang lain? Serahkan jawabannya pada Fuqaha kita…”



Al-Kasani berkata:



“Yang mewajibkan jihad ialah: Dakwah kepada Islam, meninggikan Ad-Dien yang hak, dan menolak kejahatan orang-orang kafir dan pemaksaan (paksaan) mereka.”



Imam Ibnul Hammam mengatakan:



“Sesungguhnya jihad itu diwajibkan hanyalah untuk meninggikan Dienullah dan menolak kejahatan manusia. Maka jika tujuan itu berhasil dengan dilaksanakan oleh sebahagian kaum Muslimin, maka gugurlah kewajiban bagi yang lain, sama halnya seperti sholat jenazah dan menjawab salam.”



Kami memohon ampun kepada Allah kerana kami tidak patut mendahului Allah dan RasulNya. sesungguhnya Allah telah menerangkan jauh sebelum ini dan selanjutnya telah dirinci (dijelaskan) pula oleh Rasulullah SAW mengenai tujuan jihad yang dimaksudkan ini.



“Perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah, dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah..” (QS Al-Anfal 39)



“Aku telah diutus menjelang hari kiamat dengan pedang, hingga manusia beribadah hanya kepada Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya, rezekiku dijadikan-Nya dibawah bayangan tombakku, dan kerendahan serta kehinaan dijadikan-Nya terhadap orang yang menyalahi perintahku. Dan siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka.” (HR Ahmad dan Tabrani)



“Aku diperintah memerangi manusia, sehingga mereka bersyahadat bahawa tidak ada Ilah kecuali Allah dan aku Rasulullah. Apabila mereka telah mengatakan demikian maka terpeliharalah darah dan harta mereka daripadaku, kecuali sebab haknya (mereka melakukan pelanggaran); sedangkan perhitungan mereka terpulang kepada Allah.” (HR Bukhari, Muslim, An-Nasai, Tirmidzi, Ibnu Majah)



Adakah Fitnah telah sirna? Adakah kejahatan, pemaksaan dan penguasaan orang-orang kafir telah sirna(hilang) dan semua agama itu semata-mata untuk Allah? Maka bukan dipandang dari segi fardu ‘ainnya jihad yang dilaksanakan oleh kaum Muslimin dan bukan pula dari segi fardu kifayahnya.. Sejumlah kaum Muslimin telah lupa/malas/enggan berjihad sehingga mencapai kejayaan dan kekuasaan yang sangat minim (kecil) bagi kaum Muslimin..



Iaitu berpuluh puluh tahun mereka tetap berada dalam kerendahan, kehinaan, dan dibawah pemaksaan musuh serta dalam keadaan tertindas. ‘Maka kemanakah kalian hendak pergi? Al-Qur’an itu tiada lain sebagai peringatan bagi semesta alam (iaitu) bagi siapa diantara kamu yang mahu menempuh jalan yang lurus.’



Dan sekiranya dalam keadaan gelap gelita yang mengancam umat secara individu dan kelompok ini hukum jihad masih tidak menjadi fardu ‘ain, maka bilakah tujuan itu akan dapat dicapai? Adakah ia akan wujud seperti hidangan yang turun dari langit, yang pada hidangan itu ada mangkok Khilafah yang berisi ketenteraman dan pertolongan Rabbmu, serta berisi kemuliaan dan kejayaan kaum Muslimin lainnya?



Ataukah sekiranya hidangan yang turun itu terlambat, hukum jihad akan menjadi fardu ‘ain setelah musuh merampas negeri kaum Muslimin dan setelah perlengkapan untuk memikul agama ini sempurna? Padahal kita tahu bahwa Allah itu Maha Benar lagi Maha Menjelaskan segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya. Manakah toifah yang berperang untuk membela Dien ini, yang tidak akan dimudaratkan oleh orang yang menyalahinya dan oleh orang yang meremehnya?”



Manakah Rub’i bin Amir yang mengatakan:



“Allahlah yang telah mengutus kami untuk mengeluarkan manusia dari penghambaan terhadap manusia menuju penghambaan terhadap Rabb seluruh manusia, dari kezhaliman berbagai agama kepada keadilan Islam, dan dari kesempitan dunia kepada kelapangan dunia dan akhirat. Manakah fuqaraul Muhajirin yang ‘mereka telah diusir dari kampung halaman dan harta mereka kerana mencari kurnia Allah dan keridhaanNya dan kerana menolong Allah dn Rasul-Nya. Dan mereka itulah orang-orang yang benar’?



Dan diantara ujian buruk dan lucu, ada seorang syaikh yang terhormat ditanya oleh salah seorang muridnya dalam keadaan kerhormatan kaum Muslimin tengah dirosak dan bumi mereka tengah dirampas. Murid itu bertanya tentang kewajiban Jihad, kemudian ia menjawab: “Fardu Kifayah.” Kemudian ia melanjutkan pertanyaan :”Bilakah Jihad menjadi Fardu ‘ain?” Ia menjawab:”Ketika musuh memasuki negeri kita.”



Maka salah seorang syaikh mujahid memberikan komentar dengan mengatakan, “Maha suci Rabbku, adakah ayat-ayat yang diturunkan tentang Jihad dan tentang mempertahankan bumi kaum Muslimin menetapkan hanya sebidang tanah ini? Bukan bumi Allah yang luas?”



Aku (Abu Ibrahim Al-Misri) mengatakan, “Mungkin syaikh kita ini belum membaca apa yang dikatakan oleh Ibnu Taimiyyah tentang itu.”



Ibnu Taimiyyah mengatakan:



“Apabila musuh telah memasuki negeri-negeri Islam, maka tidak ada keraguan lagi bahawa mempertahankannya adalah wajib atas orang-orang yang paling dekat, kemudian atas orang-orang yang terdekat berikutnya. Kerana pada hakikatnya kedudukan seluruh negeri-negeri Islam itu adalah satu negeri. Dan sesungguhnya berangkat ke negeri tersebut adalah wajib hukumnya, tanpa perlu izin orang tua dan orang yang berpiutang. Dan nash-nash dari Imam Ahmad dalam hal ini sangat jelas.



Dan diantara perkara yang menambah sakit dan kerugian seseorang itu jika dia tidak pernah mengetahui keadaan kaum Muslimin, kehinaan mereka, dan terjadinya pelanggaran terhadap hak-hak dan kehormatan mereka baik dibarat mahupun di timur. Itu adalah musibat, kerana sesungguhnya orang yang tidak memperhatikan urusan kaum Muslimin tidak mungkin dia akan termasuk dalam golongan kaum Muslimin. Dan sekiranya kamu mengetahui tetapi tetap berdiam diri maka musibat itu jauh lebih besar lagi.



Kesimpulannya:



Mesti diketahui bahawa yang dimaksud dengan fardu kifayah yang jika dilaksanakan oleh sekelompok kaum Muslimin maka gugurlah kewajiban bagi yang lainnya, keadaan kelompok tersebut haruslah memadai untuk melaksanakannya sehingga gugur kewajiban bagi yang lain. Dan bukanlah yang dimaksud hanya sekelompok saja yang tampil/turun melaksanakannya tetapi tidak memadai (mencukupi).



Oleh itu tidak benar pengguguran kewajiban jihad dari semua kaum Muslimin dengan tampilnya sekelompok pelaksana pada sebahagian bumi walaupun ia mencukupi ditempat tersebut, sedangkan pada bahagian-bahagian bumi lainnya panji kekufuran tegak dengan megahnya. Maka kaum Muslimin yang berdekatan dengan kawasan-kawasan tersebut wajib berjihad menghadapi orang-orang kafir itu sehingga dapat menguasai mereka. Dan demikianlah seterusnya hingga tercapai keadaan yang mencukupi (memadai)



Di dalam hasyiyah Ibnu Abidin, ia berkata:



Janganlah kalian menyangka bahawa kewajiban jihad itu akan gugur dari penduduk India dengan sebab jihad itu dilaksanakan oleh penduduk Rum, misalnya. Bahkan sebenarnya jihad itu wajib atas orang yang terdekat kepada musuh, kemudian atas orang yang terdekat berikutnya sehingga terjadilah keadaaan yang memadai. Maka sekiranya keadaan yang memadai itu tidak dapat wujud melainkan mesti dengan mengerahkan semua kaum Muslimin, maka jihad menjadi fardu ‘ain seperti sholat dan puasa.



Orang yang memperhatikan keadaan kaum Muslimin dan orang-orang kafir pada zaman sekarang ini, tentu ia akan mendapatkan bahawa jihad adalah fardu ‘ain atas setiap Muslim yang mampu, bukan fardu kifayah. Ini disebabkan kerana sebahagian kelompok kaum Muslimin yang melaksanakan jihad menghadapai orang-orang kafir dibeberapa tempat, mereka tidak memadai untuk mencukupi keperluan di tempat-tempat lainya yang di situ musuh tengah menyerbu kaum Muslimin ditengah-tengah kampung halaman mereka sendiri, sementara ditempat itu tidak ada kelompok yang bangkit melaksanakan kewajiban jihad untuk menghadapinya.



Berdasarkan keterangan di atas sungguh terang dan jelas bagi kita, bahawa hukum jihad pada masa sekarang ini adalah FARDU ‘AIN.



Wassalam dari Ibnu Hasyim.
loading...
Labels: Islam

Thanks for reading Bagaimana Hukum Jihad Sekarang ?. Please share...!

0 Comment for "Bagaimana Hukum Jihad Sekarang ?"

1. Berkomentarlah dengan baik dan sopan
2. Dilarang keras SPAM + Live Link!!!
3. Jika copy paste, harap cantumkan link sumber
4. Kritik dan saran sangat diperlukan

loading...
Back To Top