eXTReMe Tracker

Pesan Terakhir dari Merpati Putih Kecil

                Aku membuka mata dan seketika mentari yang terik itu menyilaukan pandanganku. Kuedarkan pandanganku kesemua sudut ruangan rumah sakit ini hingga ku lihat seorang wanita parubaya mendekatiku, dia adalah ibuku. Kutarik napasku dalam hingga udara serasa memenuhi paru-paruku. Sejenak aku berucap syukur karena aku masih diberi kesempatan untuk dapat merasakan hembusan napas ini. Ternyata aku masih hidup, setelah kemarin lagi dan lagi aku jatuh pingsang tak sadarkan diri karena penyakitku ini. Semuanya berawal sejak 4 bulan lalu.

Flashback 4 bulan lalu
                Waktu itu aku sedang main di rumah sahabatku, Ira. Tepatnya sih ngerumpi, maklum aku kan masih 16 tahun jadi masih labil-labilnya. Aku suka banget cobain barang-barang sahabatku ira, ira memang anak orang kaya. Kamarnya saja seluas rumahku.
Em ismi seandainya saja kamu dilahirkan dikeluarga yang sekaya ini” keluhku dalam hati
                “ira.. boleh yah aku coba jepit rambutmu ini..??” tanyaku sambil berkaca di depan cermin dan memegang jepit rambut teddy bear yang berkilau
                “boleh aja.. tapi jangan dibawa pulang.. hahaha bercanda.. kamu boleh kok bawa pulang, soalnya itu lebih cocok untukmu” kata ira tersenyum
                Ira memang sahabat yang TOP BGT. Aku pun menyisir rambut. Dasar rambut jelek, saat aku nyisir rambut selalu aja ada rambut yang rontok, rambutnya banyak banget lagi.
                “kenapa ismi..?? rambut kamu rontok lagi..??” Tanya ira
                “iya nih.. bĂȘte banget.. masa tiap nyisir rontok mulu, bisa-bisa palaku botak nih” kataku bergurau
                “oh yah ismi, gimana hubunganmu dengan fadli..??” Tanya ira mengalihkan pembicaraan
                “baik kok.. sangat baik.. selama 2 tahun pacaran di SMA kami gak pernah hadapin masalah yang serius” kataku
                Hampir setiap bersamaku ira selalu nanyain hubuganku dengan fadli, kata temen-temen sih ira suka sama fadli tapi menurutku ira Cuma care aja kok sama aku, gak ada maksud lain. Setelah itu aku berpamitan sama ira
                Aku pun bergegas pulang ke rumah dengan menggunakan sepedaku, cuacanya sangat panas. Aku mengayuh sepeda dengan napas yang ngos-ngosan, peluh kini membasahi seluruh tubuhku. Tiba-tiba pandanganku kabur dan aku terjatuh dari sepeda. Aduh sakit sekali” rintihku sambil berusaha berdiri.
Aku mecoba bangkit. Dan tiba-tiba ada darah yang menetes dari hidungku. Apalagi ini, apa aku mimisan lagi..??? dalam minggu ini, ini sudah yang ke-4 kalinya aku mimisan. Setelah merasa baikan, Aku segera bangkit dan melanjutkan perjalanan.
                Setiba di rumah aku langsung memasak untuk kedua orang tuaku, ibu ku belum pulang dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah Pak lurah jadi pulangnya malam, maklum pembantukan memang biasanya harus lembur, begitu pula ayahku dia jadi kuli bangunan, jadi pulang juga kadang sore atau bahkan malam.
                Setelah selesai memasak, kulihat ayah dan ibu sudah datang, dari raut muka mereka sepertinya mereka sangat kelelahan.
                “ayah, ibu, ayo makan” kataku sambil tersenyum kerah mereka
                “iya nak.. kamu gak makan???” tanya ibu
                “iya bu’ tunggu bentar.. aku mau mandi dulu” kataku
                Kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi. Tiap mandi aku pasti pake sampo soalnya aku gak mau kalau rambutku rontok terus, tapi kenapa tiap pake sampo rambutku makin rontok..?? bahkan tambah banyak. Saat ku lihat kepala ku, ternyata ada bagian yang botak, pasti gara-gara rambut yang rontok mulu.
                Hari ini hari libur, hari yang seharusnya digunakan untuk istirahat tapi aku malah sibuk dengan aktifitas pagiku yaitu bersih-bersih rumah. Eh aku mimisan lagi. Kali ini banyak banget darah yang keluar.setelah itu, ku coba meraih kapas diatas lemari. Tiba-tiba pandanganku kabur lagi dan akhirnya aku terjatuh menimpa meja.
                Setengah sadar aku merasa ada jarum suntik yang menusuk lenganku.  Dimana aku??” tanyaku dalam hati. Kukerjapakan mataku berkali-kali hingga aku menyadari bahwa sekarang aku sedang berada di rumah sakit.
                “nak kamu sudah sadar???” Tanya ayah dengan sorot mata penuh kekhawatiran
                “iya yah. Kenapa ayah bawa aku ke rumah sakit..?? kan aku bisa dirawat dirumah. Biayanya mahal tau” kataku masih lemas
                “iya  nak, gak papa, ayah masih punya tabungan. Kebetulan tadi ayah baru gajian. Uangnya buat bayar rumah sakit dan sisanya buat beli daging” kata ayah
                “wah daging.. udah lama banget rasanya gak makan daging” kataku sumeriah
                Setelah 2 hari di rumah sakit akhirnya aku bisa pulang juga.Hari ini akhirnya aku bisa masuk sekolah dan bertemu dengan fadli, aku mulai menyisir rambut dan mau mengenakan jepitan yang diberikan ira.  Tapi kenapa rambutku makin banyak yang rontok, 5 kali lipat dari biasanya, aku kaget, aku yakin ini bukan rontok biasa.
                “ibu.. ibu…” panggilku sambil menangis
                “kenapa nak..??” kata ibu berlari kearahku dengan wajah sangat khawatir
                “ibu liat rambutku rontok lagi sekarang lebih parah” kataku sambil menangis.
                Sejak hari itu aku tidak masuk sekolah, aku tidak mau fadli meilhat sebagian kepalaku botak.ribuan pertanyaan mulai mengganrungiku. Kenapa rambutku begini?? Kenapa ayah dan ibu jadi terlalu care sama aku..?? kenapa aku makin sering mimisan..??? Apa aku sakit…???
                Besok adalah hari ulang tahun fadli, aku harus pergi ke sekolah. Tapi bagaimana ini. Aku terlihat sangat jelek sekarang dengan kepala yang hampir sepenuhnya botak. Akhirnya ibu datang dan membawa sebuah jilbab. Katanya kalau aku tidak mau memperlihatkan rambut botakku aku bisa pake jilbab. Dan menurutku ini adalah ide yang tidak buruk.
                Akhirnya aku putuskan untuk memakai jilbab dan berangkat sekolah. Setibanya di sekolah semua orang bertanya-tanya kenapa aku baru masuk sekolah dan kenpa tiba-tiba aku pake jilbab..?? aku tidak peduli dengan mereka. Kemudian aku bertemu dengan ira. Ira juga menanyakan hal yang sama. Akhirnya kuputuskan untuk menceritakan semuanya kepada ira, aku yakin ira bisa menjaga rahasia ini.
                “ismi. Kenapa kamu tiba-tiba seperti ini..??” Tanya ira
                “aku sakit..”jawabku singkat
                “sakit apa..??” tanyanya
                “Cuma sakit biasa. Tapi sekarang yang jadi masalah adalah rambutku” kataku mencoba terbuka pada sahabatku
                “kenapa dengan rambutmu??” Tanya ira lagi
                “kamu taukan dengan masalah rontoknya rambutku, sekarang makin menjadi-jadi bahkan sekarang sebagian kepalaku dah botak” jawabku sambil berbisik.
                Tiba-tiba fadli datang, dia tersenyum dan ngajak aku buat jalan bentar sepulang sekolah sekaligus buat rayain hari ulang tahunnya. Aku seneng banget. Tiba-tiba ira nyela pembiacaraan kami.
                “fadli, loe gak usah ngajak dia. Ajak aku ajah. Apa loe gak tau kenapa dia sekarang pake jilbab..??” kata ira
 ira narik jilbabku di depan umum, semua orang termasuk fadli akhirnya liat kalau aku benar-benar botak. Aku sangat malu. Aku berlari pulang. Tapi kenapa fadli tidak menyusul ku..?? apa dia malu punya cewek botak sepertiku..?? apa dia tidak benar-benar menyukaiku…??
                Aku memandangi wajahku di depan cermin, kepala tanpa rambut, wajah pucat, mata sayu, ditambah lagi dengan badang yang kurus. Aku benar-benar seperti monster zombie, sangat mengerikan. Aku tahu sekarang kalau aku benar-benar sakit, kepala ku selalu saja terasa nyeri. Malam ini sulit sekali buat nutup mata, sakit banget. Tapi aku gak bisa beri tahu ibu, aku takut dia khawatir.
                Di tengah malam aku dengar ayah dan ibu ngomong, tapi mereka kayak lagi bisik-bisik dan ibu juga nangis.
                “ayah.. ini celengan buat kita naik umroh. Kita sudah menabung sepuluh tahun buat ini. Tapi sepertinya kita harus relain uang ini buat kemo dan operasinya ismi” kata ibu menangis sambil megang celengan.
                “iya ibu.. ayah gak pa pa kok. Relain aja dulu uangnya. Kita harus memberikan yang terbaik buat ismi. Walaupun kemungkinan sembuh sangat sedikit tapi mudah-mudahan bisa sembuh” kata ayah
                “iya, ibu sangat sedih. Kenapa dokter bilang hidup anak kita tinggal 6 bulan, dia kan bukan tuhan yang bisa nentuin hidup dan mati” kata ibu lagi
                Ayah memeluk ibu dan menenangkan ibu yang menangis. Sementara aku sangat shock, apa ini benar..??? aku yakin aku hanya bermimpi. Tidak mungkin hidupku tinggal 6 bulan, dokter itu pasti ngmongnya ngawur. Kakiku terasa sangat lemas, pkiranku buyar, dan seketika air mata mulai mengalir dari mata sampai pipiku.
                Setelah kejadian malam itu aku tidak mau keluar kamar, aku tidak sanggup lagi melihat dunia ini. Itu tentu membuat orang tuaku makin khawatir. Diberi makan aku tidak mau makan. Keadaanku makin lemah aku makin sering masuk rumah sakit. Sepertinya satpam rumah sakit udah bosan liat aku.
                Sakit sekali, rasanya aku lebih milih mati sekarang dari pada tiap hari harus merasakan tusukan jarum diseluruh tubuh dengan selang dihidungku ini. Rasanya sangat sakit bernapas pun sulit. Aku hampir putus asa, hari-hariku hanya dihiasi dengan tangisan. Hingga akhirnya aku bertemu dengan seorang gadis cilik dirumah sakit. Gadis itu lebih parah dibanding aku, perutnya buncit karena tumor. Tapi dia masih ceria, keadaannya jauh lebih parah. Sejak melihat gadis itu aku jadi sadar kalau harusnya disisa hidupku aku lebih bisa memberikan yang terbaik untuk orang sekitarku, bukan malah membuat orang tuaku khawatir seperti ini.
                 Hingga kini, setelah 4 bulan aku mulai terbiasa dengan semuanya. Terbiasa dengan jarum suntik itu, terbiasa dengan kanker yang menggerogoti tubuhku dan juga kemoterapi yang sangat menyakitkan dan membuat detak jantungku hampir tidak dapat kurasakan lagi.
                Tidak terasa tinggal 2 bulan, bulan depan aku ulang tahun. Moga-moga aja aku masih bisa bernapas dihari ulang tahunku yang ke-17 tahun. Melihat ayahku bekerja siang dan malam untuk membayar biaya rumah sakit dan ibuku yang tidak pernah tidur karena menjagaku siang dan malam membuatku merasa menjadi anak paling durhaka di dunia.
                Disisa hidupku yang kurang dari 2 bulan lagi aku merasa aku belum pernah membahagiakan mereka, aku hanya jadi penghalang mereka. Sebelum mati aku ingin sekali melakukan sesuatu untuk mereka. Tapi apa..??? dalam keadaan lemas kayak gini apa yang bisa saya lakukan..??
                Suatu hari aku melihat seorang ibu yang menangis, aku mencoba mendekat.
                “ibu ada apa..??” tanyaku pada orang itu
                “anakku sekarat, dia butuh donor jantung nak” kata ibu itu
                “donor jantung bu..????” tanyaku
                “iya. Aku berharap ada orang yang mau mendonorkan jantungnya untuk anakku. Siapapun itu aku akan merasa sangat berterima kasih dan berapapun yang diminta akan aku kasih” jawab ibu itu
                Sepertinya ini adalah jalan supaya aku bisa membalas jasa kedua orang tuaku. Aku segera ke ruang dokter bedah
                “pak. Saya ingin mendonorkan jatung untuk pasien sebelah kamar saya” kataku
                “apa..?? nak kamu jangan sembarangan. Apa kau tau apa itu donor jantung..?? donor jantung itu artinya kau bersedia memberikan jantungmu untuk orang lain nak”  kata dokter
                “iya aku tau dok. Tapi aku benar-benar mau. Lagian hidupku tinggal dua bulan lagi”kataku
                “nak jangan bilang begitu. Apa kau dipaksa untuk mendonorkan jantungmu??” tanyanya
                “tidak dok tolonglah, bisa kan..??” tanyaku memohon
                “bisa tapi kamu pasien yang kanker mungkin 1 bulan lagi kankermu akan menyebar ke jantungmu, itu akan membuat jantungmu tidak berfungsi lagi dan tidak bisa didonorkon dan untuk mendonorkan jantung harus dengan persetujuan orang tuamu” kata dokter
                Setelah itu aku mulai berpikir, minggu depan aku ulang tahun dan sebelum kankerku menyebar ke jantung aku harus mendonorkan jantung ini. Setidaknya jantung ini harus kudonorkan tepatnya 1 hari setelah aku ulang tahun.
                Hari ini adalah hari ulang tahunku, tapi ayahku belum datang. Aku bertanya pada ibu kenapa ayah belum datang. Dia bilang ayah sedang mempersiapkan kado untukku. Sebelum ayah datang aku memutuskan untuk membuat surat untuk ke-2 orang tuaku karena ini akan menjadi hari terakhirku.
                 Setelah itu ayah ku datang dengan wajah kelelehan tapi masih mecoba untuk tersenyum. Dia membawa sebuah kotak
                “ismi ayah pulang” kata ayah dengan senyum yang mengembang
                “ayah.. ayah lama sekali. 2 jam lagi hari ulang tahunku berakhir. Tapi gak papa kok.  ayah bawa apa..??” tanyaku mencoba terlihat ceria.
                “ini untuk mu” kata ayah
                Aku membuka kotaknya, dan ternyata itu steak. Seumur hidupku aku belum pernah makan steak, aku suka banget makan daging tapi belum pernah cobain steak,ini adalah makanan yang sangat aku inginkan.
                “ayah” aku manangis dan memeluk ayah dan ibu
                “tadinya ayah mau ngasih ini tadi pagi, tapi waktu ayah ke restoran ternyata ini sangat mahal uang ayah tidak cukup. Untunglah ayah sangat cerdik. Ayah pergi kepasar ngangkat-ngangkat barang dan di gaji sampai malam kemudia ayah pergi ke restoran dan beli ini” kata ayah
                “ah.. ayah mau pamer kalau ayah itu ayah yang sangat hebat.. hahhaha” kataku bergurau, sambil menyeka air mataku
                Aku pun makan steaknya, steaknya udah hampir habis kemudian aku mau menyuapi ayah dan ibu untuk 2 potongan terakhir.
                “ayah ibu, buka mulut. Ismi mau suapin” kataku
                “tidak nak itu untuk kamu saja. Ini kan hari ulang tahunmu” kata ibu
                “ibu, ini hari ulang tahunku yang terakhir. Tahun depan aku dah gak ada. Jadi aku mau ngasih ini. Mau yah” kataku sambil menangis
                Ayah dan ibu akhirnya mau makan, mereka menangis dan memelukku. Malam ini aku minta pada ibu supaya kami bertiga bisa tidur bersama. Ini yang terakhir kalinya.
                Keesokan harinya ayah dan ibu mengantarku ke rumah sakit karena kepalaku sakit, kemudian ayah dan ibuku pergi berkerja hingga larut. Aku menemui dokter dan ibu yang anaknya sekarat karena hari ini aku ingin mendonorkan jantung.
                Aku pun siap untuk operasi dan mengakhiri hidupku hari ini, sebelum itu aku menyimpan uang yang diberikan ibu itu dan surat yang sudah aku tulis diatas kasur kamar rawatku dan aku yakin malam ini mereka akan segera membacanya. Kini aku tersenyum untuk merelakan kepergianku dengan ikhlas dan menutup mata hingga akhirnya dokter membiusku dan siap untuk mengambil jantungku.


Surat dari merpati putih kecilmu
            Mungkin saat ibu dan ayah membaca surat ini aku sudah tidak ada. Terima kasih. Itulah hal pertama yang ingin aku ucapkan pada kalian. Selama 17 tahun ini kalian sudah merawatku dengan baik ditengah keterbatasan kita.

            Awalnya setelah aku tahu penyakitku aku merasa sangat sedih, kenapa begini..?? kenapa harus aku..?? apa salahku tuhan..?? apa salah orang tua ku sehingga kau merebut anak mereka satu-satunya..?? Aku sakit ibu, Aku  sakit ayah,sakit sekali. Setiap mau dikemo aku selalu mengamuk karena aku tidak mau kemo rasanya sakit. rasanya sakit jika operasi terkadang obat biusnya kadang tidak bereaksi sehingga terkadang aku bisa merasakan ada yang menggunting kulitku.Ditambah lagi jarum sutik itu. Kulitku yang dulu mulus kini jadi kulit yang penuh dengan bekas suntik. Seluruh badanku memar gara-gara suster dan dokter yang kalau nenangin aku caranya kasar banget.

            Aku merasa ini sangat tidak adil, keluarga kita adalah keluarga yang sangat miskin, keluarga kita tidak pernah merasakan kebahagian, selalu dicemoohkan orang, hingga hidupku berakhir sekarang . aku harap di hari kalian tua nanti kalian masih bisa saling menjaga, dan maaf aku tidak bisa menjaga kalian hingga kalian tua nanti.

            Aku merasa seperti anak yang tidak pernah bersyukur, anak yang selalu nuntut ini itu, padahal orang tuaku sudah susah payah bekerja siang dan malam. Seandainya aku diberi kesempatan buat hidup aku akan hidup sebagai anak yang berbakti, anak soleh, dan bisa naikin kalian haji. Sayang aku tidak seberuntung orang lain yang masih bisa hidup sehat sampai sekarang.

            Sekarang aku sudah menjadi sebongka mayat dibawah tanah, tapi apakah kalian tahu apa yang aku tinggalkan buat kalian selain kesedihan..?? aku meninggalkan lumayan banyak uang buat kalian naik haji. Aku sempat mendonorkan jantung dan merelakan 1 bulan hidupku. Aku tidak mau hidup lebih lama dan menyusahkan kalian. Aku harap uang yang diberikan ibu si penerima jantung itu bisa kalian gunakan buat naik haji karena gara-gara aku kalian menghabiskan tabungan untuk naik haji. Hanya itu yang bisa aku berikan.

            Ada satu permintaanku, tolong doa kan aku ayah ibu. Doakan kebaikanku selama aku tidak di dunia ini. Selama hidup aku jarang shalat. Aku takut didalam kubur akan disiksa. Dan aku bisa masuk surga, aku akan mantau kalian dan jagain kalian dari surga Sampai bertemu di surga. Jangan terlalu menangisi kepergiaanku karena aku pergi dengan tersenyum. Hidup dengan baik ayah, ibu.Ismi mencintai kalian.”
 



loading...
Labels: cerpen

Thanks for reading Pesan Terakhir dari Merpati Putih Kecil. Please share...!

2 Comment for "Pesan Terakhir dari Merpati Putih Kecil"

ahhh, bikin saya terharu membacanya, hebat nih cerpennya. terima kasih sudah berbagi boss. Salam.

Terima kasih atas komentar dan kunjungannya. Salam

1. Berkomentarlah dengan baik dan sopan
2. Dilarang keras SPAM + Live Link!!!
3. Jika copy paste, harap cantumkan link sumber
4. Kritik dan saran sangat diperlukan

loading...
Back To Top