Pernikahan usia dini di etnis Bugis
hampir sudah menjadi tradisi pada sebagian masyarakat bugis.Pernikahan dini
merupakan instituisi agung untuk mengikat dua insan lawan jenis yang masih
remaja dalam satu ikatan keluarga. Ada beberapa faktor penyebab pernikahan
dini, yaitu faktor pribadi dan faktor keluarga. Dari faktor pribadi remaja
adalah karena ingin menghindari dosa (seks bebas), dan ada juga yang karena "kecelakaan".
Sedangkan dari faktor keluarga adalah karena paksaan orang tua. Dalam
pernikahan dini, ada beberapa dampak yaitu kanker leher rahim, neoritis
depresi, dan konflik yang berujung perceraian. Pernikahan dini dalam perspektif
psikologi adalah tidak menghambat pendidikan. Bahkan bisa menambah motivasi.
Yang dikhawatirkan adalah emosi mereka yang masih labil. Namun, jika sang
remaja mampu mengendalikan diri, dan bersikap dewasa maka permasalahan tersebut
akan terhindar. Sedangkan perspektif agama, pernikahan dini boleh saja. Apalagi
jika untuk mencegah perbuatan dosa (seks bebas).
Faktor Penyebab
Ada
dua faktor penyebab terjadinya pernikahan dini pada kalangan remaja, yaitu
faktor pribadi dan faktor keluarga.
- Faktor pribadi
Penyebabnya
dari faktor pribadi adalah karena seks bebas yang mengakibatkan hamil duluar
nikah. Sehingga akhirnya mereka melakukan pernikahan dini untuk menutupi dosa
tersebut. Adapun penyebab dari faktor pribadi yang lain yaitu, karena pada
remaja pernikahan dini dianggap sebagai jalan keluar untuk menghindari dosa,
yaitu seks bebas. Mereka menganggap, dengan menikah dini, mereka akan terhindar
dari yang namanya seks bebas.
- Faktor keluarga
Salah
satu penyebabnya adalah tidak adanya perhatian orang tua terhadap anaknya
sehingga anak tersebut melakukan perbuatan yang tidak baik. Karena keluarga
tidak ingin menanggung malu dan salah
satu jalan mereka menikahkannya di usia muda. Ada juga penyebabnya karena
terpaksa. Hal itu terjadi pada orang tua yang masih belum paham pentingnya
pendidikan. Para orang tua memaksa anak mereka untuk segera menikah. Hal itu
biasanya terjadi setelah remaja lulus SMP atau bahkan belum. Mereka menganggap,
pendidikan tinggi itu tidak penting. Bagi mereka, lulus SD saja sudah cukup.
Dampak pernikahan usia dini
Tanpa
kita sadari ada banyak dampak dari pernikahan dini. Ada yang berdampak bagi
kesehatan, adapula yang berdampak bagi psikis dan kehidupan keluarga remaja.
- Kanker leher rahim
Perempuan
yang menikah dibawah umur 20 th beresiko terkena kanker leher rahim. Pada usia
remaja, sel-sel leher rahim belum matang. Kalau terpapar human papiloma virus
atau HPV pertumbuhan sel akan menyimpang menjadi kanker.
Leher
rahim ada dua lapis epitel, epitel skuamosa dan epitel kolumner. Pada sambungan
kedua epitel terjadi pertumbuhan yang aktif, terutama pada usia muda. Epitel
kolumner akan berubah menjadi epitel skuamosa. Perubahannya disebut metaplasia.
Kalau ada HPV menempel, perubahan menyimpang menjadi displasia yang merupakan
awal dari kankes. Pada usia lebih tua, di atas 20 tahun, sel-sel sudah matang,
sehingga resiko makin kecil.
Gejala
awal perlu diwaspadai, keputihan yang berbau, gatal serta perdarahan setelah
senggama. Jika diketahui pada stadium sangat dini atau prakanker, kanker leher
rahim bisa diatasi secara total. Untuk itu perempuan yang aktif secara seksual
dianjurkan melakukan tes Papsmear 2-3 tahun sekali.
- Konflik yang berujung perceraian
Sibuknya
seorang remaja menata dunia yang baginya sangat baru dan sebenarnya ia belum
siap menerima perubahan ini. Positifnya, ia mencoba bertanggung jawab atas
hasil perbuatan yang dilakukan bersama pacarnya. Hanya satu persoalannya,
pernikahan usia dini sering berbuntut perceraian. Mampukah remaja itu bertahan?
Ada
apa dengan cinta? Mengapa pernikahan yang umumnya dilandasi rasa cinta bisa
berdampak buruk, bila dilakukan oleh remaja? Pernikahan dini atau menikah dalam
usia muda, memiliki dua dampak cukup berat. Dari segi fisik, remaja itu belum
kuat, tulang panggulnya masih terlalu kecil sehingga bisa membahayakan proses
persalinan. Oleh karena itu pemerintah mendorong masa hamil sebaiknya dilakukan
pada usia 20 - 30 tahun. Dari segi mental pun, emosi remaja belum stabil.
Kestabilan
emosi umumnya terjadi pada usia 24 tahun, karena pada saat itulah orang mulai
memasuki usia dewasa. Masa remaja, boleh di bilang baru berhenti pada usia 19
tahun. Dan pada usia 20 - 24 tahun dalam psikologi, dikatakan sebagai usia
dewasa muda atau lead edolesen. Pada masa ini, biasanya mulai timbul transisi
dari gejolak remaja ke masa dewasa yang lebih stabil. Maka, kalau pernikahan
dilakukan di bawah 20 tahun secara emosi si remaja masih ingin bertualang
menemukan jati dirinya.
Bayangkan
kalau orang seperti itu menikah, ada anak, si istri harus melayani suami dan
suami tidak bisa ke mana-mana karena harus bekerja untuk belajar tanggung jawab
terhadap masa depan keluarga. Ini yang menyebabkan gejolak dalam rumah tangga
sehingga terjadi perceraian, dan pisah rumah.
Tetapi itu semua malah akan berakibat buruk
pada kehidupan keluarga mereka. Mereka yang masih sama-sama remaja dan
menginginkan kebebasan, akan bisa berdampak konflik dalam rumah tangga. Selain
itu, emosi mereka juga masih labil. Mereka masih sama-sama mempunyai emosi yang
labil sehingga jika terjadi konflik, akan sulit didamaikan karena mereka
sama-sama tidak mau mengalah dengan pendapat masing-masing.
Pernikahan dini tidak selalu buruk. Apabila
masing-masing individu menkah karena saling mencintai dan bukan terpaksa, tentu
saja pernikahan tersebut akan berjalan normal dan baik-baik saja. Mereka akan
saling menjga hubungan dalam keharmonisan keluarga mereka. .
Nikah
sambil sekolah atau kerja sambil sekolah kan tidak buruk? Di sinilah
orang tua harus mengajarkan anak supaya bisa mandiri di usia baligh.
Jangan hanya terus sekolah tanpa kemandirian. Jadinya sahwat udah ke
mana, kemandirian belum ada.
Islam
telah menetapkan hukum-hukum preventif agar para pemuda dan pemudi terhindar
dari rangsangan dan godaan untuk berbuat maksiat. Cara tersebut yaitu menikah.
Walaupun harus melakukan pernikahan dini. Hal itu bila tiadak dianggap beban,
tentu saja tidak akan sulit bila dijalani.
loading...
Labels:
Info
Thanks for reading Fenomena Pernikahan Usia Dini di Etnis Bugis. Please share...!
0 Comment for "Fenomena Pernikahan Usia Dini di Etnis Bugis"
1. Berkomentarlah dengan baik dan sopan
2. Dilarang keras SPAM + Live Link!!!
3. Jika copy paste, harap cantumkan link sumber
4. Kritik dan saran sangat diperlukan