eXTReMe Tracker

Pelipur Hati yang Gundah

    “Ibu, Sepatuku”…, rengek adikku. Dia masih saja menangisi  sepatunya yang hilang  sebelah karena terseret oleh banjir. Kampungku memang menjadi langganan banjir  setiap kali  musim penghujan  datang. Mau tidak mau,  kami harus mengungsi.

    Kulihat ibu agak kerepotan menenangkan adikku. Ayah yang sedang memanggul perabotan  rumah, yang biasa diselamatkan karena tidak terseret banjir, hanya terdiam memandangi adikku yang terus merengek. Sedangkan aku tidak bisa berbuat apa- apa. Karena aku sendiri  sudah repot dengan barang - barangku. 

    “Tenanglah, Nak.nanti kita cari yang sebelahnya!” ucap  ibu menenangkan adikku.

    “Tapi, Bu, Sepatuku yang sebelah sudah terseret banjir.kemana kita akan mencarinya? Sepatuku tinggal satu dan basah, Bu, kalau tidak kering, bagaimana ?”

    “Tenanglah, Nak. Nanti biar ibu  bantu cari dan mengeringkannya. Sekarang, berhentilah menangis,” ujar ibunya. Kata-kata itu berhasil membuat adikku mengurangi tangisnya.   

    “Bu, Kenapa hujannya  tidak berhenti-henti?” keluh adik-adikku.

    “sekarang kan muslim penghujan, jadi sering turun hujan. Anggap saja hujan sebagai bintang-bintang yang turun dari langit karena ingin bermain bersamamu!”

    Ah, ibu! Betapa mulianya engkau. Tak kau biarkan anak-anakmu bersedih dengan apa yang sedang terjadi.

    “Jadi, Adik punya teman para bintang, Bu?” Tanya adikku dengan binary di matanya. Ibu mengangguk seraya tersenyum.

    “Horeee…! Adik punya teman bintang…!!!” teriak adikku, senang.

    “Tapi ingat,” potong ibu menghentikan teriakan gembira adikku, adik boleh bermain dengan para bintang asal jangan keseringan! Kalau terlalu sering bermain dengan bintang, adik bisa kedinginan dan sakit!”

    Kenapa begitu, Bu?”

    Bintang kan rumahnya di langit. Jadi saat bintang turun untuk mengajak Adik bermain, dia berubah menjadi kedinginan. Kalau adik kedinginan, adik bisa sakit. Tidak bisa bermain dengan kakak dan bintang lagi deh!” terang ibu. Adik mengangguk-angguk.

    Aku menjadi kagum dengan ibu. Beliau masih berusaha menyenangkan kami meskipun keadaan kami sangat memperhatinkan.


Jika anda ingin membaca cerpen yang lain, klik disini.
loading...
Labels: cerpen

Thanks for reading Pelipur Hati yang Gundah. Please share...!

4 Comment for "Pelipur Hati yang Gundah"

wah, cerpen yang sangat menyentuh.
terlihat usaha sang ibu yang tulus dan tak pernah menyerah untuk melakukan suatu yang baik terhadap anak-anaknya :)

mari berkunjung ke blog saya juga gan.

kangrushend.blogspot.com/2013/07/How-to-change-The-Scrollbar.html

saling share ilmu yang bermanfaat.

selamat siang, terimakasih :)

Terima kasih atas komentar dan kunjungannya.
Salam

nice post.............. bagus juga cerpennya
jangan lupa kunjungi blog sy ya bro, thanks
http://hi-laga.blogspot.com/

Terima kasih atas komentar dan kunjungannya.
Salam kenal

1. Berkomentarlah dengan baik dan sopan
2. Dilarang keras SPAM + Live Link!!!
3. Jika copy paste, harap cantumkan link sumber
4. Kritik dan saran sangat diperlukan

loading...
Back To Top